BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagaimana yang kita ketahui, masih banyak umat
muslim, diantaranya kita yang belum mengetahui secara jelas mengenai islam.
Untuk itulah makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menambah pengetahuan kita
mengenai agama islam. Berupya menelaah dan mempelajarinya.
Makalah ini
akan menjelaskan tentag Islam di Indonesia. Pembahsan ini akan menjawab
keraguan kita tentang kapn bermula isalam ada di Indonesia, siapa yang
membawanya, dan di daerah mana dari kepulauan Nusantara ini pertama kali
didatangi islam. Penulis juga akan memperkenalkan dengan peranan islam dal;am
membingkai kebudayaan dalam tatanan kehidupan berbangsa di Indonesia, serta
karakteristik kebudayaan yang di kehendakai islam sebagai agama rahmatan lil – alamin.
B.
Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas beberapa maslah, yaitu :
1.
Bagimana sejarah awal masuknya islam
di Indonesia ?
2.
Bagaimana fenomena islam pasca
merdeka ?
3.
Apa saja peranan islam dalam
membingkai kehidupan berbangsa di Indonesia
4.
Apa saja gerakan islam kontemporer
di Indonesia ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1.
Untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Pendidikan Agama Islam
2.
Untuk menambah pengetahuan kita
mengenai agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
RINGKAS MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Beberapa Pendapat Tentang Awal
Masuknya Islam di Indonesia.
Islam
Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
1. Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar
adalah catatan perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat
utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648
diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
2. Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954),
diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan
oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
3. Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di
dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia,
dan Malaya antara tahun 606-699 M.
4. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General
Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya
mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada
672 M.
5. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun
674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
6. Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay
berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa
beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah
ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.
7. W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya
Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang
memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674).
(Ta Shih = Arab Muslim).
8. T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The
Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke
Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad
Ke-13:
1. Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya
kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.
2. K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan
Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
3. J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten,
menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
4. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan
Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke-13, berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia.
Siapakah Pembawa Islam ke Indonesia?
Sebelum
pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah
terdapat kontak-kontak dagang, baik dari Arab, Persia, India dan China. Islam secara akomodatif,
akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya pengaruh di arab, Persia, India dan China. Melalui perdagangan
itulah Islam masuk ke kawasan Indonesia. Dengan demikian
bangsa Arab, Persia, India dan china punya nadil
melancarkan perkembangan islam di kawasan Indonesia.
Gujarat (India)
Pedagang
islam dari Gujarat, menyebarkan Islam dengan bukti-bukti antar lain:
1. ukiran batu nisan gaya Gujarat.
2. Adat istiadat dan budaya India islam.
Persia
Para pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti antar lain:
1. Gelar “Syah” bagi raja-raja di Indonesia.
2. Pengaruh aliran “Wihdatul Wujud” (Syeh Siti Jenar).
3. Pengaruh madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen).
Arab
Para pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai
kepulauan Indonesia, dengan bukti antara lain:
1. Menurut al Mas’udi pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas Arab dari
Oman, Hidramaut, Basrah, dan Bahrein untuk menyebarkan islam di lingkungannya,
sekitar Sumatra, Jawa, dan Malaka.
2. munculnya nama “kampong Arab” dan tradisi Arab di lingkungan
masyarakat, yang banyak mengenalkan islam.
China
Para
pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho/Dampo awan), mengenalkan islam di pantai dan pedalaman Jawa
dan sumatera, dengan bukti antar lain :
1. Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).
2. Beberapa makam China muslim.
3. Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.
Dari
beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya menggunakan
pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan social yang
penuh toleransi (Umar kayam:1989)
Proses Awal Penyebaran Islam di
Indonesia
1. Perdagangan
dan Perkawinan
Dengan
menunggu angina muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan dengan penduduk
asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi social yang menghantarkan Islam
berkembang (masyarakat Islam).
2. Pembentukan masyarakat Islam dari tingkat ‘bawah’ dari rakyat
lapisan bawah, kemudian berpengaruh ke kaum birokrat (J.C. Van Leur).
3. Gerakan Dakwah, melalui dua jalur yaitau:
a. Ulama keliling menyebarkan agama Islam (dengan
pendekatan Akulturasi dan Sinkretisasi/lambing-lambang budaya).
b. Pendidikan pesantren (ngasu
ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai sebagai pemimpin, dan
santri sebagai murid.
Dari
ketiga model perkembangan Islam itu, secara relitas Islam sangat diminati dan
cepat berkembang di Indonesia. Meskipun demikian,
intensitas pemahaman dan aktualisasi keberagman islam bervariasi menurut
kemampuan masyarakat dalam mencernanya.
Ditemukan
dalam sejarah, bahwa komunitas pesantrean lebih intens keberagamannya, dan
memiliki hubungan komunikasi “ukhuwah” (persaudaraan/ikatan darah dan agama)
yang kuat. Proses terjadinya hubungan “ukhuwah” itu menunjukkan bahwa dunia
pesantren memiliki komunikasi dan kemudian menjadi tulang punggung dalam
melawan colonial.
A.
FENOMENA ISLAM DI
INDONESIA PASCA MERDEKA
Setelah
merdeka pada paroh abad 20, bangsa Indonesia mulai dihadapkan dengan persoalan
besar. Derita akibat penjajahan masih dirasakan oleh bangsa Indonesia. Sampai
abad 21 ini, walaupun dominasi militer terhadap bangsa ini telah hilang, namun
dominasi ekonomi, social, budaya dan lainnya masih mengacak – acak kehidupan
bangsa. Sehingga, jati diri bangsa betul – betul diuji. Padahal bangsa yang
benar-benar merdeka adalah bangsa yang merdeka lahir dan batin.
Dalam
masalah budaya, jati diri kita sebagai bangsa sedang menghadapi gelombang
peradapan materialistic, sekularistik, hedonistic, bahkan ateistik. Pengalaman
pahit dimasa penjajahan berabad-abad menyebabkan anak-anak bangsa ini sulit
untuk bangkit percaya diri, berdiri di atas kaki sendiri kemudian membangkitkan
peradaban dan kebudayaan yang bermartabat. Korupsi, manipulasi, mementingkan
diri sendiri seolah-olah sudah menjadi budaya bangsa ini.
1. Perkembangan
Islam pada masa kemerdekaan sampai oerde baru
Pada masa kemerdekaan, tepatnya
pada tanggal 3 januari 1946 didirikan departemen agama yang mengurusi keperluan
umat islam. Meskipun pada dasarnya departemen Agama ini mengurusin keperluan
umat beragama yang ada di Indonesia. Namun, melihat latar belakang pendiriannya
jelas untuk mengakomodasi kepentingan dan aspirasi umat islam sebagai mayoritas
penduduk negeri ini.
Usaha partai-partai islam untuk
menegakkan Islam sebagai ideology Negara dalam konstituante mengalami jalan
buntu. Partai-partai Islam itu melakukan penyesuaian terhadap kebijakan
Soekarno, tetapi secara keseluruhan peranan-peranan partai-partai Islam
mengalami kemerosotan. Tidak ada jabatan menteriberposisi penting yang
diserahkan kepada Islam sebagaimana yang terjadi pada masa demokrasi parlementer.
Satu-satunya kepentingan Islam yang diluluskan adalah keputusan MPRS tahun 1960
yang memberlakukan pengajaran agama di Universitas dan perguruan tinggi.
2. Perkembangan
Islam pada masa orde baru
Meskipun
ummat islam merupakan 87% penduduk Indonesia dalam kehidupan berbangsa ini, ide
Negara Islam secara terus menerus ditolak. Bahkan partai-partai Islam mulai
dari masa penjajahan hingga masa kemerdekaan selalu mengalami kekalahan kecuali
diawal pergerakan nasional.
Bahkan
sekarang dengan pembaharuan politik partai-partai beridiologi islam pun lenyap.
Kegiatan
Islam semakin berkembang pada masa orde baru ini, diantaranya :
a.
Bangunan-bangunan
baru islam (Masjid dan Mushalla)
b.
Pembangunan
Madrasah, Pesantren dan juga Universitas Islam
c.
Adanya
kegiatan bulan Ramadhan
d.
Aktivitas
social keagamaan
e.
Puisitas
islam, drama, dan pagelaran seni islam
3. Perkembangan
islam setelah reformasi
Tidak diketahui secara persis apa
yang dimaksud oleh sementara pihak yang melihat maraknya kehidupan politik
Islam dewasa ini sebagai suatu fenomena yang dapat diberi label repolitisasi
Islam. Meskipun demikian , kalau memiliki indicator utama yang digunakan
sebagai dasar penilaian itu adalah munculnya sejumlah partai politik yang
menggunakan symbol dan azaz islam atau yang mempunyai pendukung utama komunitas
islam. Maka tidak terlalu salah untuk mengatakan bahwa yang dimaksud adalah
fenomena munculnya kembali kekuatan politik Islam. Hal yang demikian itu
didalam perjalanannya selalu terbuka kemungkinan untuk “ memolitikkan” Bagian-bagian
yang mnjadi dasar ideology partai-partai tersebut.
Sekarang pada era revormasi
gejala demikian mungkin terulang kembali. Peran kelompok Islam, baik tokoh
Islam maupun mahasiswa Islam dalam mendorong gerakan reformasi sangat besar.
Namun, pada perkembangan selanjutnya, gerakan reformasi tidak selalu berada
dalam pengendalian kelompok islam.
Bagian problem tersebut harus
mampu diatasi oleh partai Islam pada era reformasi dewasa ini. Adanya
penggabungan secara menyeluruh mungkin tidak realistis, kecuali mungkin
diantara partai Islam yang berasal dari rumpun yang sama. Alternative lain yang
tersedia adalah koalisi, sehingga hanya ada beberapa partai islam saja yang
ikut dalam pemilu.
4.
PERANAN ISLAM DALAM
MEMBINGKAI KEHIDUPAN BERBANGSA DI INDONESIA
1. Perbaikan
Akhlak
Dekadensi moral yang labil pada
dasarnya merupakan cerminan dari budaya bangsa yang sedang sakit. Langkah yang
harus ditempuh adalah dengan cara melakukan upaya bersama-sama dalam
memperbaiki suasana mental. Pancasila yang kita jadikan sebagai ideologi
bangsa, tanpa adanya bantuan agama akan kekeringan nilai transendentalnya,
(Ma’arif, 1997:172). Moralitas pancasila akan hidup dengan menghidupkan
moralitas agama.
Ma’arif menulis, bahwa agama
harus dipahami secara substanstif agar pesannya dapat didaratkan secara
bermakna. Sikap agama yang artifisasi akan menolong keadaan bangsa yang kusut.
Sebuah agama yang telah kehilangan fungsi transendentalnya pada diri pemeluknya
tidak akan berdaya memberi keuatan moral kepada peradaban.
Tidak ada jalan lain untuk
membenahi kondisi bangsa ini selain membingkai dengan moralitas agama.
2. Memberikan
Pondasi Pendewasaan Kultural
Islam sebagai doktrin adalah
satu, namun, sebagai agama islam beragam. Bermacam-macam ekspresi cultural
muncul sebagai akibat yang logis dari lingkungan sejarah dan feografis yang
berbeda-beda.sejauh islam cultural tidak melanggar prinsip tauhid dan prinsip-prinsip dasar islam, maka keberagaman tersebut
dapat di terima sebagai bentuk penafsiran ke-Islaman yang berjalan secara
alamiah. Mereka yang menganggap islam sebagai system monolitik adalah keliru, karena mereka buta untuk melihat kekayaan
islam sebagai ajaran yang universal.
Namun, perbedaan paham keagamaan
akan menjadi tidak dapat ditolelir apabila perbedaan tersebut berada pada
tingkat prinsip-prinsip dasar islam.prinsip tersebut adalah prinsip yang
berhubungan dengan keimanan dan ke-Islaman. Misalnya keyakinan bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah SWT, shalat lima kali dalam sehari semalam, pusa di bulan
Ramadhan, membayar zakat dan naik haji bagi yang mampu. Hal ini merupakan
ajaran dasar dalam islam sehingga tidak boleh ada perbedaan dalam pemahaman dan
keyakinan, karena telah diatur tegas oleh Allah serta rasul-Nya dan ini tidak
membutuhkan ijtihad.
Yusuf Qardawi menjelaskan
karakteristik muslim dan kebudayaan (Qadarwi, 2001: 35-34) :
a.
Rabbaniyah
Adalah kebudayaan yang terpadu
dengan aspek ketuhanan. Visi keimanan, khususnya tauhid menyatu dengan seluruh
sisi kebudayaan, mengalir didalamnya sebagaimana aliran darah dalam pembuluh
darah kapiler.
b.
Akhlaqiyah
Kebudayaan islam memiliki dimensi
dan tujuan moral yang tinggi. Akhlak dalam islam menempati posisi yang snagat
mulia dan berharga. Sehingga,salah satu misi kerasulan adalah menyempurnakan
akhlahk manusia.
c.
Insaniyah
Pada karakteristik ini menekankan
bahwa kebudayaan itu dapat dikatakan sebagai kebudayaan islam apabila
kebudayaan tersebutr menempatkan dan menjadikan manusia pada kemuliaannya yang
sesungguhnya.
d.
Al-‘Alamiyah
Adalah bahwa kebudayaan islam itu
bersifat universal. Walaupun kebudayaan itu bisa tampil dalam bentuk yang
beragam, namun nilai-nilai kebudayaannya sangat luas dan menjadi rahmat bagi
semesta alam.
e.
At-Tasamuh
Adanya sifat toleransi diantara
sifat universalitas. Dua hal yang diajarkan islam mengenai pentingnya toleransi
ini :
1.
Perbedaan
umat manusia dalam agama dan lainnya terjadi atas kehendak Allah (Hud:
118-119).
2.
Perhitungan
atas kesesatan atau penyelewengan yang dilakukan umat manusia diserahkan pada hukum
Allah SWT, Allah yang akan menghakiminya, bukan nafsu manusia (Asy-Syura : 15).
f.
Keberagaman
Keberagaman dalam rona serta
tampilan sebagai manivestasi apresiasi ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya
selama perbedaan tersebut memiliki dasar ketaatan syari’iyyah kepada Allah.
g.
Al-Wasathiyah
Adalah pertengahan. Kebudayaan
mempresentasikan jalan pertengahan dan keseimbangan yang tidak ekstrim.
h.
At-Takamul
Yaitu saling menyempurnakan antara satu bagian dengan
bagian yang lain.
i.
Al-I’tizaz
bi adz-Dzat
Adalah bangga dengan kepribadian dan
keistimewaannya, dengan sumber-sumbernya yang Rabbani, tujuan-tujuan kemanusiaannya, orientasi dan moralnya.
5.
GERAKAN-GERAKAN ISLAM
KONTEMPORER DI INDONESIA
Gerakan Islam di
Indonesia tidak dapat dipungkiri merupakan salah satu penggerak dari berbagai
gerakan pewujud kemerdekaan Indonesia. Ada gerakan aktivis yang merujuk konsep yang berbendera Salafi, Hizbu Tahrir Indonesia (HT), Jama’ah tabligh (JT). Gerakan-gerakan ini memang terinspirasi oleh gerakan serupa di luar
negeri. Sementara gerakan lain ada pula yang bersifat lokal. Mereka mengangkat
label dan Islam Liberal.
Diakui atau
tidak, ragam pergerakan ini memang menawarkan solusi dan metode yang berbeda
dalam menegakkan Islam. Ada yang lebih mengambil aspek politis,ada yang cenderung ada yang melihat pada aspek spiritual,
ada yang memandang aspek pendidikan dan sebagainya. Tapi biasanya, sifat fleksibel gerakan Islam yang bisa
mengakomodasi
berbagai aspek itu yang lebih diterima di masyarakat.
berbagai aspek itu yang lebih diterima di masyarakat.
A. Salafi
Dakwah Salafi boleh dibilang sebagai
pelopor gerakan-gerakan pembaharuan yang muncul menjelang masa-masa kemunduran
dan kebekuan pemikiran di dunia islam. Dakwahnya menyuruh agar akidah islam
dikembalikan kepada asalnya yang murni. Sebagian orang menyebut dakwah ini
dengan nama Wahhabi, karena dinisbatkan pada masa pendiriannya: Muhammad bin
Abdul Wahhab, dari Saudi.
Pusat gerakan dakwah Salafi adalah para ulama. Pada dasarnya salafiyyun
adalah orang-orang yang senantiasa berjuang agar bisa meneladani para
salafus-sholih, sehingga poros gerakan salafiyah adalah para ulama. Kepada
merekalah mengacu segala bentuk perjuangan umat. Segala kasus yang mencuat
dalam berbagai persoalan,di konsultasikan kepada para ulama tersebut. Di
Indonesia, Salafi pun mencoba menyebarkan fikrahnya. Para ulama Salafi dari
berbagai penjuru dunia sering mengadakan pertemuan, khususnya pada musim haji
di Mina. Segala permasalahan umat Islam di dunia dibahas dalam pertemuan itu.
Gerakan Salafi dulu pernah mengkoordinasi
gerakan jihad untuk membela muslim Maluku. Mereka membuka posko-posko
pendaftaran laskar jihad ahlus sunnah wal jama’ah di sejumlah tempat. Karena
pemerintah tidak bisa diharapkan untuk melindungi umat Islam yang tertindas,
maka berdasarkan pertemuan para ulama Salafi, wajib ain bagi umat Islam untuk
melindungi saudaranya.
B. Hizbu
Tahrir Indonesia
Berbeda dengan
gerakan Islam lainnya, Hizbut Tahrir (HT) terang-terangan memproklamirkan
gerakannya sebagai partai politik Islam yang dakwahnya
berpijak di atas keharusan mengembalikan khilafah Islamiyah. Partai atau gerakan ini didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin Nabhani pada 1952 di kawasan bergolak, Timur Tengah. Meski sementara kalangan menganggap aktivitas HT tergolong rahasia, namun menurut para aktivisnya yang ada di Indonesia, HT bukanlah organisasi rahasia. Di berbagai wilayah dakwahnya, HT beraktivitas dan berjuang secara terbuka untuk membina umat dan mengoreksi penguasa agar mereka mau menerapkan Islam.
berpijak di atas keharusan mengembalikan khilafah Islamiyah. Partai atau gerakan ini didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin Nabhani pada 1952 di kawasan bergolak, Timur Tengah. Meski sementara kalangan menganggap aktivitas HT tergolong rahasia, namun menurut para aktivisnya yang ada di Indonesia, HT bukanlah organisasi rahasia. Di berbagai wilayah dakwahnya, HT beraktivitas dan berjuang secara terbuka untuk membina umat dan mengoreksi penguasa agar mereka mau menerapkan Islam.
Tokoh-tokoh HT
sulit dikenal, karena media massa sengaja tidak mau mempublikasikan aktivitas
dan para tokoh pimpinan HT. media massa bersikap seperti itu, disebabkan
mengikuti larangan pemerintah setempat untuk mempublikasikan HT.
HT lebih
menekankan aspek politik daripada aspek lainnya karena Islam itu sendiri
sebenarnya politik. Dalam arti, politik adalah ri’ayah syu’unil ummah, atau
pengaturan urusan kemaslahatan umat. Jadi bukan seperti terminologi yang
berkembang di masyarakat untuk merebut kekuasaan, menjegal lawan dan
sebagainya. Gerakan Hizbut Tahrir kini mempublikasikan wadah gerakannya di
Indonesia dengan nama Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), memang tegas menekankan
sasaran dakwahnya adalah negara Islam dan khilafah Islam. Tapi langkah-langkah
perjuangan HT jauh dari aspek kekerasan. Untuk mewujudkan Khilafah
Islamiyah, HT melakukan beberapa
langkah. Pertama pembinaan pemikiran Islam yang disebut shira’ul fikri. Selain
itu, HT juga melakukan perjuangan politik untuk mengontrol pemerintah atas
kebijakan-kebijakan mereka. Kalau ini bisa berlangsung dengan baik, dalam arti
masyarakat telah memahami indahnya Islam, tahap selanjutnya adalah
pengambilalihan kekuasaan.
Meskipun lebih
menekankan aspek politik, tak berarti HT aktif dalam kancah pemilu. HT memang
tidak menjadikan pemilu sebagai sarana memperjuangkan Islam. Karena dalam
format demokrasi, pemilu menjadi sarana pemilihan wakil rakyat di legislatif
yang salah satu fungsinya memproduk undang-undang. Sementara dalam pandangan HT
yang berhak membuat undang-undang adalah Allah. Sehingga lembaga legislatif yang menjadi bagian
integral dalam proses demokrasi, secara syar’i tidak dibenarkan, karena
undang-undang adalah hak Allah. Selain
itu, HT juga menolak penggunaan kekerasan dalam mencapai tujuannya. Karena
sesuai dengan sistem perjuangan Rosulullah, penggunaan senjata itu baru
dilakukan setelah umat Islam memiliki sebuah institusi.
C. Jema’ah
tablig
Jamaah Tabligh yang didirikan oleh Syaikh Muhammad Ilyas
Kandahlawi (1303-1364 H), di india, itu menekankan kepada setiap pengikutnya
agar meluangkan sebagian waktu untuk menyampaikan dan menyebarkan dakwah. Di
Indonesia gerakan ini cukup banyak digandrungi para pemuda. Disejumlah kampus,
aktivis gerakan Tabligh juga turut memunculkan fenomena baru di kalangan
mahasiswa. Ditengah hingar binger kehidupan dunia banyak pemuda yang bergabung
dalam gerakan ini, seperti memperoleh air ditengah dahag. Bahkan mereka banyak
berasal dari kalangan terpelajar, pegawai kantoran, juga kalangan selebritis.
JT melakukan
politik nabi-nabi. Menurut JT, tidak ada satu nabi pun yang diutus Allah untuk
mengganti dia jadi raja. Tapi yang ada di masyarakat, bekerja di
masyarakat untuk mengajar iman dan takwa.
masyarakat untuk mengajar iman dan takwa.
Sadangkan secara politik, JT
menyatakan setuuju kepada khilafah Islamiyah, karena itu cita-cita setiap
gerakan islam. Tapi itu baru terwujud kalu umat islam sudah benar. Khilafah di
zaman nabi itu datangnya setelah umat islam benar. Kalu umat islam belum benar,
takkan datang masa seperti itu. Itu akan dengan sendirinya tegak.
D. Islam
Liberal
Islam liberal
adalah nama sebuah gerakan dan aliran pemikiran yang bermula dari sebuah ajang
kongkow-kongkow di Jalan Utan Kayu 69H, Jakarta Timur. Tempat ini sejak 1996
menjadi ajang pertemuan para seniman sastra, teater, musik, film, dan seni
rupa. Di tempat itu pula Institut Studi Arus Informasi (ISAI) yang salah satu
motor utamanya Ulil Abshar Abdalla berkantor. Bersama Goenawan Mohammad (mantan
pemimpin redaksi Tempo) serta sejumlah pemikir muda seperti Ahmad Sahal, Ihsan
Ali Fauzi, Hamid Basyaib dan Saiful Mujani, Ulil kerap menggelar diskusi
bertema ‘pembaruan’ pemikiran Islam. Setelah berdiskusi sekian lama pada akhir
1999 Ulil dan kawan-kawan sepakat memperkenalkan serta mengkampanyekan
pemikiran mereka dengan bendera Islam Liberal. Lalu untuk mengintensifkan
kampanyenya mereka membentuk wadah Islam Liberal pada Maret 2001.
Dengan
ditunjang kucuran dana dari Asia Foundation kampanye Islam liberal gencar dilancarkan
melalui berbagai cara. Mulai dari forum kajian dan diskusi, media cetak hingga
media elektronik. Media internet juga tak ketinggalan mereka garap. Mula-mula
dengan membuat forum diskusi internet (mailing list) kemudian dilanjutkan
dengan membuat situs web, alamatnya www.islamlib.com.
Kampanye lewat
media cetak dilakukan sangat gencar. Selain melalui majalah seperti Tempo dan
Gatra, islam liberal mendapat porsi publikasi besar di koran Jawa Pos dan 40
koran daerah yang tergabung dalam Jawa Pos-Net. Dengan nama rubrik Kajian Utan
Kayu, setiap hari Ahad JIL mendapat jatah satu halaman penuh untuk diisi
tulisan para pengusung ide Islam liberal, antara lain Nurcholish Madjid,
Azyumardi Azra, Jalaluddin Rakhmat dan Masdar F Mas’udi.
Kampanye
melalui media elektronik mula-mula cuma disuarakan melalui kantor berita radio
68H yang mengudarakan dialog interaktif setiap Kamis sore. Belakangan siaran
itu kemudian di-relay oleh tak kurang 15 stasiun radio se-Indonesia yang
tergabung dalam jaringan 68H, sehingga dapat disimak oleh para pendengar dari
Aceh hingga Manado. Di Jakarta siaran JIL di-relay oleh stasiun radio dangdut
Muara FM.
Adapun istilah
Islam liberal dipilih oleh kalangan islam
liberal untuk menamakan gerakan dan pemikiran
mereka, nampaknya lantaran mereka mendapat insipirasi dari buku Liberal Islam:
A Sourcebook karya Chares Kurzman (edisi bahasa Indonesia berjudul Wacana Islam
Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang isu-isu Global, diterbitkan oleh
Paramadina), sebab dari buku itu pula islam
liberal meminjam enam agenda rumusan Charles
Kurzman. Enam isu itu: antiteokrasi, demokrasi, hak-hak perempuan, hak-hak
non-Muslim, kebebasan berpikir dan gagasan tentang kemajuan
Mengapa islam liberal begitu gencar
menyebarluaskan pemikirannya? Seperti diakui oleh para pentolannya, meski nama
Islam liberal baru dikenal belakangan ini, sebenarnya Islam liberal bukanlah
suatu pemikiran baru. Di Indonesia pemikiran Islam liberal telah dirintis oleh Santara lain
Harun Nasution, Nurcholish Madjid, Munawir Sjadzali dan Abdurrahman Wahid.
Mereka adalah orang-orang yang sejak tahun 1970-an dan 1980-an menggelindingkan
ide ‘pembaruan Islam’, berupa Islam rasional, dekonstruksi syariah dan
sekulerisasi.
Namun, menurut
Ulil Abshar , para perintis itu gagal memasyarakatkan gagasan Islam liberal ke
masyarakat. Kegagalan itu antara lain karena tidak adanya pengorganisasian
secara sistematis. Atau, menurut Luthfi Assyaukanie, gerakan Islam liberal
sebelum ini terlalu elitis. Gagasan itu lebih banyak dibawa kalangan akademisi
dan peneliti yang tak mengakar ke masyarakat, sehingga opini publik tetap
dikuasai oleh kalangan Islam ‘konservatif’ yang memiliki jaringan kuat dan
mengakar ke masyarakat.
Karena itu,
kalangan JIL merasa perlu memiliki jaringan kuat agar pemikiran liberal bisa
berkompetisi dengan pemikiran kaum revivalis. Dengan kata lain, Islam liberal
adalah tandingan Islam revivalis.
Perbedaan Islam
liberal dan Islam revivalis, menurut Charles Kurzman didefinisikan sebagai,
Islam revivalis berusaha mengembalikan kemurnian Islam seperti di zaman
Rasulullah, tetapi tidak ramah dengan kehadiran modernitas. Sedangkan Islam
liberal, masih kata Kurzman, menghadirkan masa lalu Islam untuk kepentingan
modernitas.
Tapi lepas dari
perdebatan itu, menurut kalangan Islam
liberal, dalam konteks Indonesia, kaum
revivalis adalah mereka yang mendukung penegakan syariat Islam oleh negara dan
menolak sekulerisme. Sebaliknya, kaum Islam liberal adalah mereka yang
mendukung sekulerisme dan menentang penegakan syariat Islam oleh negara.
Untuk
menandingi kalangan revivalis, kini Islam
liberal telah menyusun sejumlah agenda, antara
lain: kampanye sekulerisasi seraya menolak konsep Islam kaffah (total) dan
menolak penegakan syariat Islam, menjauhkan konsep jihad dari makna perang,
penerbitan Al-Quran edisi kritis, mengkampanyekan feminisme dan kesetaraan
gender serta pluralisme. Menurut islam
liberal, agama yang ‘kaffah’ hanya tepat untuk
masyarakat sederhana yang belum mengalami ‘sofistikasi’ kehidupan seperti zaman
modern. Jadi, menurut islam liberal beragama yang sehat adalah beragama yang tidak kaffah.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Islam masuk ke
Indonesia mulai dari abad ke-7. Yang membawa agama Islam terdarpat dari banyak
Negara seperti Gujarat, Persia, Arab, Cina. Dimana prosese penyebarannya
sendiri melalui banyak cara, yaitu melalui pedagangan atau pun perkawinan,
melalui da’wah dan masih banyak lainnya.
Setelah
kemerdekaan agama Islam teus berkembang hingga saat ini. Sekarang pada era
revormasi Peran kelompok Islam, baik tokoh Islam maupun mahasiswa Islam dalam
mendorong gerakan reformasi sangat besar. Namun, pada perkembangan selanjutnya,
gerakan reformasi tidak selalu berada dalam pengendalian kelompok islam.
Bagian problem tersebut harus
mampu diatasi oleh partai Islam pada era reformasi dewasa ini. Adanya
penggabungan secara menyeluruh mungkin tidak realistis, kecuali mungkin
diantara partai Islam yang berasal dari rumpun yang sama. Alternative lain yang
tersedia adalah koalisi, sehingga hanya ada beberapa partai islam saja yang
ikut dalam pemilu.
Islam berperan penting dalam
membingkai kehidupan berbangsa di Indonesia, baik dalam perbaikan akhlak mapun
dalam pondasi pendewasaan cultural.
Sekarang ini bermunculan
gerakan-gerakan islam kontemporer di Indonesia, seperti gerakan Salafi, Hizbu
Tahrir Indonesia, Jema’ah Tabligh, dan Islam Liberal.
B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan dalam pembiuatan makalah ini, maka dari itu
penulis mengharapkan ktikan serta saran dari para pembaca.
DAFRAT PUSTAKA
Nasrul
H.S, dkk.2011. Pendidikan Agama Islam
Bernuansa Soft Skills. Padang : UNP Press.
http:// wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar